KONTRUKSI BUDAYA SIRKUMSISI PEREMPUAN, MENGGALI IMPLIKASINYA TERHADAP KEKERASAN GENDER
Product Number | LEC-2024-000026 |
ISBN | On Progres |
Judul | KONTRUKSI BUDAYA SIRKUMSISI PEREMPUAN, MENGGALI IMPLIKASINYA TERHADAP KEKERASAN GENDER |
Penulis | Hibatul Azizi, Devy Noviandita, Laura Febriani, Muhamad Rizki, Nursaptini, M.Pd. |
Halaman | 79 |
Buku ini mengeksplorasi praktik sirkumsisi perempuan di Desa Bagu yang masih banyak terjadi karena dianggap sebagai keharusan dalam komunitas Muslim setempat. Masyarakat meyakini bahwa setiap bayi perempuan harus segera “disucikan” melalui sirkumsisi, sebuah pemahaman yang diwariskan secara turun-temurun melalui pengajaran agama dan pengaruh tokoh masyarakat. Bahasa lokal berpetan penting dalam menyampaikan informasi ini, membentuk budaya yang mendalam dan simbolis. Dari perspektif gender, praktik ini dianggap sebagai bentuk kekerasan yang melibatkan kontrol atas tubuh perempuan, seringkali tanpa persetujuan anak yang terlibat. Mengacu pada teori kekeuasaan Foucault, terdapat tekanan antar anggota keluarga, khususnya dari orangtua, untuk melanjutkan praktik ini. Meskipun selalu terlihat, praktik ini tetap dipertahankan sebagai bagian dari budaya tanpa adanya manfaat kesehatan yang jelas.